INSTRUMEN
PENGUKURAN PARAMETER OSEANOGRAFI FISIKA
1.
Alat
Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan
a. CTD (Conductivity
Temperature Depth)
CTD (Conductivity
Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur
karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran (Thorpe,S.A, 2009).
CTD singkatan dari Conductivity, Temperature, and Depth
adalah alat utama untuk menentukan sifat fisik penting dari air laut antara
lain Konduktivitas, Temperatur (suhu), dan Kedalaman laut. Alat ini memeberikan
gambaran yang tepat dan komprehensif dari distribusi dan variasi suhu air,
salinitas, dan densitas yang membantu kita untuk memahami bagaimana pengaruh
lautan terhadap kehidupan di dalamnya (Irwansyah, 2013).
CTD
(Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri
dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk
mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas. Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit
pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil
pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta
kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan
mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga
kronologis kegiatan pengoprasian CTD
dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika
menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki
tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas) (Nugroho,E, 2012).
CTD (Conductivity
Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas. Unit masukan data terdiri dari sensor CTD,
rosette, botol sampel, kabel koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur
parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor tekanan,
temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan
rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi
sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando
akan memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan,
setelah mengambil sampel air laut.Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan
komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai
pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke
digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta
kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan
mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga
kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.Sensor adalah sebuah piranti
yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor
utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui
daya hantar listrik air laut (konduktivitas) (Hutabarat,S,1984).
a. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan
hubungan langsung antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdiri dari tahanan
yang berbentuk seperti jembatan wheatsrone
kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge merupakan alat resistansi
yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akan memegang
peranan ketika mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat),
arus (Lewis, E.L, 1980).
b. Sensor
Temperatur.
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap
suatu hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor (tahanan termal) merupakan
alat semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan
temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alatini terbuat dari
campuran Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt dll (Lewis, E.L, 1980).
c. Sensor Konduktifitas.
Sensor konduktifitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya
hantar listrik di suatu perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari
tabung berongga danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang
sisinya. Sebagai sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil
proses dalam pengukuran akan melewati nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini akan mulai mengukur ketika alat telah
bergerak masuk kedalam air sampai pada posisi yang diinginkan. Sebenarnya
sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk mengetahui nilai salinitas atau
kadar garam di sebuah perairan sacara tidak langsung (Lewis, E.L, 1980).
Kelebihan menggunakan CTD (Irwansyah, 2013):
·
Dapat
digunakan untuk penginderaan jauh
·
Sangat
akurat karena dapat dikontrol dari atas kapal
·
Ringan
(CTD saja)
·
Dapat
digunakan hingga kedalaman beberapa ribu meter.
Kekurangan CTD :
Alatnya
kecil, bertenaga rendah sensor CTD yang digunakan pada instrumen
otonom seperti MP, glider, profil mengapung dan AUVs lebih kompleks untuk beroperasi,
keterbatasan utama adalah kebutuhan untuk mengkalibrasi sensor individu. Hal
ini terutama berlaku untuk instrumen otonom dikerahkan untuk jangka waktu yang
lama. ( Kapal-dikerahkan CTD yang
direferensikan dengan data sampel air yang tidak tersedia secara umum dengan
penyebaran instrumen otonom.) Oleh karena itu, sensor harus stabil untuk
periode penyebaran, atau asumsi tentang sifat-sifat air laut harus dibuat dan
dirujuk ke data sensor (Irwansyah,
2013).
Gambar 1.
CTD (Conductivity Temperature Depth)
(Sumber : Nugroho,E,
2012)
Cara kerja:
1.
Mulai dengan program akusisi data dan dilengkapi profil untuk
mengidentifikasi data. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan letakkan botol
sesuai dengan prosedur pemasangan.
2.
Setelah kerangka (Rosette) diletakan pada posisinya dan CTD
(Probe atau rangkaian sensor yang sudah di Set) diletakan di dalamnya, maka
instrumen ini akan ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabek
interkoneksinya maka instrumen tersebut siap diturunkan.
3.
Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set
untuk kondidi ON. Ketika kontrol unit sedang dipersiapkan maka instrumen
(Rosette dan Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air.
4.
CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan pada
saat inilah rangkaian Probe dan kontrol unit saling berhubungan untuk merekam
data dalam benntuk sinyal analog pada tipe recorder. Pada saat ini juga
prosedur akusisi dimulai dan kerangka Rosette pada CTD diturunkan dengan
kecepatan tertentu sampai pada kedalaman yang diinginkan.
5.
Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke
kontrol unit juga di mulai. Perhatikan data yang di dapat dan keaadaan
kecepatan penurunannya.
6.
Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop penerimaan
data dari Probe. Berhentikan juga perekaman data pada recorder. Kemudian dapat
ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang di kirim oleh
CTD dan dipastikan OFF.
7.
Setelah unit data akusisi di-Offkan dan
instrument diletakan di atas kapal maka tekan End
of Profile data dan diberhentikan akusisi program.
Data yang di dapat bisa langsung disambungkan ke personal Computer atau direkam
oleh Tipe Recorder.
8.
Proses pengambilan data selesai.
b.
Horiba
Horiba adalah alat
pengkur kualitas suatu perairan. Horiba
U-10 water quality checker memberikan akurasi air laboratorium dan kemudahan
push-tombol operasi, untuk pengukuran kualitas air di lapangan. The U-10 sangat
ideal untuk memeriksa kualitas air dalam aplikasi seperti drainase limbah
pabrik, perkotaan, air sungai, danau dan air rawa, tangki budaya air, pasokan
air pertanian dan air laut. Instrumen mengukur enam parameter: pH, suhu,
oksigen terlarut, konduktivitas elektrolitik, kekeruhan dan salinitas. Salah
satu faktor salinitas otomatis koreksi memungkinkan U-10 untuk mengukur oksigen
terlarut dalam baik segar atau air garam. Sebuah aliran-melalui sel item sewa
opsional dan memungkinkan in-situ pengukuran dari sumur pemantauan. Horiba's U-50. Instrumen ini
berfungsi untuk mengetahui kualitas air pada suatu tempat dimana memungkinkan
perhitungan di atas 11 parameter kualitas air (Zemansky,S, 1994).
Horiba adalah alat pengkur kualitas suatu
perairan. Berbagai parameter fisika-kimia sangat dibutuhkan
untuk mengetahui kualitas air. diantaranya adalah DO, pH, temperatur, konduktivitas, kedalaman, salinitas serta turbidity. Kelebihan horiba adalah gabungan dari berbagai alat pengukur
parameter yang dijadikan satu-kesatuan dan penggunaan yang sederhana.
Kekurangannya adalah alat
ini sangat sensitif terhadap cahaya (Supangat, 2000).
Gambar 2. Horiba
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara
Kerja:
1.
Kita cek terlebih dulu apakah horiba tersebut
berfungsi sebagaimana mestinya sebelum digunakan, dan hindari dari sinar
matahari karena alat ini sangat sensitif terhadap cahaya.
2. kita
tentukan terlebih dahulu kedalaman yang akan kita ukur.
3. lalu
kita membuka penutup dari sensor untuk memulai pemerikasaan.
4. kita
turunkan alat horiba tersebut perlahan-lahan atau pelan-pelan ke dasar
perairan. Yang perlu diperhatikan bahwa yang dipegang bukanlah kabel yang
tersambung pada horiba tetapi tali yang diikatkan pada kabel. Hal ini untuk
menjaga apabila kabel pada horiba putus.
5.
sesudah sampai kedalaman yang telah
ditentukan lihat horiba tersebut berapa angka yang muncul. Dan data yang muncul
bisanya berurutan dimana dari pH, DO, konduktivitas, salinitas, TDS,
spesifikasi air laut, temperatur , kedalaman, dan lain-lain.
6. kita
catat data yang keluar dari horiba tersebut.
7.
setelah itu kita angkat horiba pelan-pelan
keatas kapal dengan memegang tali itu lagi
8. setelah
selesai pengukuran dalam tiap stasiun horiba tersebut harus disiram dengan
alkohol supaya netral lagi. tutup sensor dari horiba, dan setelah ditutup
hindarkan dari sinar cahaya matahari.
c.
Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam,
protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah
memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe
seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Khopkar, S.M. 2007).
Refraktometer adalah alat ukur untuk
menentukan indeks cairan atau padat, bahan transparan dengan refrektometry.
Prinsip pengukuran: oleh cahaya, penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini
adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi total cahaya yang digunakan. Sebagai
prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu dengan indeks bias disebut prisma.
Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma dan media sampel
(cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel
diukur dengan refleksi cahaya (Anonim, 2010).
Refraktometer analog tradisional sering
digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah
dengan filter warna detektor adalah skala yang dapat dibaca dengan sistem
optik, optik dengan mata. Contoh refraktometer adalah Obbe refraktometer,
Pulfrich refraktometer, Woltan Stans refraktometer (1802), Jellay refraktometer
(Khopkar,
S.M. 2007).
Kelemahan
:
Zat
yang terlarut dianggap seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose) sedangkan
untuk refraktometer garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai garam
NaCl.seluruhnya. ada 2 refraktometer : digital dan manual yang digital cukup
taruh cairan pada hole sample (2-5 mL) tekan start, keluar hasil di display.
yang manual, cukup taruh 2-3 tetes dipermukaan lensa kemudian ditutup, dari
ujung lubang diintip maka akan kelihatan batas terang gelap pada sekala berapa
(Matorang,R, 2012).
Keuntungan
:
Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan
indeks bias, dimana
indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix (Matorang,R, 2012).
indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix (Matorang,R, 2012).
Cara kerja:
Gambar 3. Refraktometer
(Sumber : Ihsan dan Wahyudi,
2010)
1. Tetesi refraktometer dengan aquadest
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa
aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin
diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna
biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang
itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades,
usap dengan tisyu dan simpan refraktometer
di tempat kering
d.
Secchi Disk
Secchi disk adalah alat yang
berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan serta tingkat penetrasi cahaya dalam
perairan.
Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam kolom air
dan yang jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya
matahari di pengaruhi kekeruhan air,suspensi dalam air (lumpur),planktonik,jasad
renik warna air (Hutabarat,1984).
Prinsip
dari secchi disk sebagai berikut,piringan di turunkan ke dalam air secara
perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan
secchi. Saat bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan/berhenti
diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali sampai
bayangan tidak tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan
tampak oleh penglihatan dalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain, kedalaman
kecerahan oleh pembaca piringan secchi
disk adalah penjumlahan kedalamman tampak dan kedalaman tidak tampak
bayangan secchi di bagi dua. Warna hitam dan warna putih di gunakan karena
hitam dapat mewakili gelap dan putih mewakili warna cerah. Jadi,pemantulan
panjang gelombang dari bahan berwarna putih dan hitam. Inilah yang menjadi
dasar pengukuran kecerahan menggunakan instrument secchi disk. Prosedur memasukkan secchi disk dalam air menurut
Davies-Colly : Gunakan ukuran secchi yang tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm →
0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm →
1.5-5m ,600mm → 5-15m) yang dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi
pemberat agar tali tetap lurus. Kedalaman secchi merupakan rata-rata dari
hilang munculnya kembali. Pembacaan dimungkinkan dilakukan siang hari.
Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding kedalaman secchi ,kecerahan laut
dinyatakan dalam meter (m). Berikut ini standar data kecerahan pada model data
yang berbeda :
Data titik kecerahan disimpan dalam field
kecerahan dengan presisi sebesar 0,1 m.
Data garis
adalah data kecerahan dalam format garis memiliki interval 2m. Garis yang ada
tergantung dari nilai minimum dan maksimum yang ada. Secchi disk terbuat dari
bahan akrilik 250-300 mm pemberat terbuat dari bahan stainless steel dan
terdiri dari dua bagian yaitu 2 bagian warna hitam dan 2 bagian warna putih
(Rhicards,1998).
Berikut adalah kelebihan dan Kekurangan dari secchi disk yaitu (Matorang,R, 2012):
Kelebihan :
·
Alatnya sederhana dan mudah digunakan.
Kekurangan :
·
Kecerahan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan waktu
pengukuran.
·
Sebagai
alat ukur kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air, perolehan datanya
masih sebatas perkiraan atau tidak terlalu akurat.
Gambar 4. Horiba
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
Piringan diturunkan kedalam air secara
perlahan menggunakan pengikat/tali
sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan
sudah tidak tampak,tali ditahan/berhenti diturunkan. Selanjutnya secara pelahan
piringan diangkat kembali sampai bayangan nampak kembali. Kedalaman air dimana
piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat
ini. Dengan kata lain , kedalaman kecerahan oleh pembaca piringan secchi adalah
penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak. Bayangan secchi dibagi
menjadi dua warna hitam dan warna putih digunakan kerena hitam mewakili warna
gelap dan putih mewakili warna cerah. Jadi pemantulan panjang gelombang dari
bahan berwarna putih dan hitam inilah
yang menjadi dasar pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk.
·
Gunakan ukuran disk yang
tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm → 0.15-0.5m ,
60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm → 5-15m). yang dicat putih atau
hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali tetap lurus
·
Pengukuran dilakukan disamping
kapal yang terkena sinar matahari
·
Waktu pembacaan cukup (minimal 2
menit) ketika disk dekat atau diangkat
·
Catat kedalaman disk ketika disk
hampir menghilang
·
Angkat perlahan-lahan dan catat
kedalaman ketika disk mulai terlihat kembali. Kedalam secchi disk merupakan
rata-rata dari hilang muncul kembali
·
Pembacaan dilakukan pada siang
hari
·
Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding
kedalaman secchi.Beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran secchi disk
: penglihatan pada waktu pembacaan,warna air,serta materi lain yang tersuspensi.
e.
Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur
salinitas dengan cara mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung
salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya hantar listrik,semakin besar
salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat ini digunakan di
laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan di lapangan
atau outdoor (Putry, 2012).
Cara menggunakan salinometer adalah sebagai berikut
(Putry, 2012):
1.
Ambil
gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya.
2.
Salinitas
akan terbaca pada skalanya.
Kelebihan (Matorang,R, 2012):
·
Dengan alat ini, konduktivitas dan pengukuran suhu dapat
dilakukan dilapangan.
Kekurangan :
Karena kabel suspensi agak tebal, alat ini harus diturunkan
dari perahu dan dihanyutkan untuk mengukur parameter dalam vertikal ketika arus
melebihi 0, 75 m / detik.
Gambar 5. Salinometer
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
1. Ambil
alat salinometer, taruh ujung yang panjang ke dalam permukaan air laut .
2. Salinitas
akan terbaca pada skalanya secara otomatis.
2.
Alat
Pengukur Arus Laut
a.
Current
meter
Current
meter atau dikenal juga dengan alat ukur
arus, biasanya digunakan untuk mengukur aliran pada air rendah. Alat ini
merupakan alat pengukur kecepatan yang paling banyak digunakan karena
memberikan ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah
kecepatan aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang
digunakan adalah adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putar
baling-baling current meter.
Seluruh current-meter mekanik
mengukur kecepatan dengan melakukan pengubahan gerakan linear menjadi menjadi
angular. Sebuah current-meter yang
ideal harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan
yang terjadi pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai
dengan komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan,
dan simpel digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Indikator
kinerja tergantung pada inertia dari rotor, gerakan air, dan gesekan dalam
bearing.Secara umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe :
dengan “verctical axis meter” dan
“axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan rotor dari
propeller dipergunakan untuk menentukan
kecepatan arus laut sesuai dengan pengaturan pada current-meter. Sebelum current-meter ditempatkan, hubungan
antara rotasi dan kecepatan dengan mempergunakan “towing tank”.Tiga type dari alat ukur kecepatan dengan
mempergunakan hukum Faraday. Dimana konduktor (air) menggerakkan daerah medan
magnet (diubah dengan kumparan berbeda kutub) yang menghasilkan voltase
dengan adanya arus air. Jadi secara umum ada tiga jenis yang sering
dipergunakan saat ini, prinsip electromagnetik dengan mengukur kecepatan
mempergunakan hukum Faraday dengan menyatakan bahwa air mengakibatkan perubahan
medan magnetik yang ada dalam bidang yang telah diatur sehingga menghasilkan
tegangan yang berbeda secara linear sebanding dengan
kecepatan arus.Elektrode dalam penelitian dapat mendeteksi tegangan yang
dihasilkan oleh air. Karena current meter
tidak bergerak bagian mereka tidak terganggu banyak sehingga tidak membutuhkan
pemeliharaan yang terkait dengan permasalahan mekanik (Hutabarat,1984)
Pengukuran kecepatan arus air disebut dengan Water
current meter yang secara
prinsip terbagi menjadi tiga sistem,yaitu :
1. Sistem Pencacah
Putaran, yaitu current meter
yang mengkonversi kecepatan sudut dari propeller atau baling-baling kedalam
kecepatan linear. Biasanya jenis ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03
sampai 10 m/s.
2. Sistem Elektromagnetik,
pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor yang mengalir melalui medan magnentik.
Perubahan pada tegangan diterjemahkan kedalam kecepatan.
3. Sistem Akustik,
pada sistem ini digunakan prinsip Doppler
pada transduser, juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan pulsa-pulsa pendek pada frekuensi
tertentu. Pulsa-pulsa
direfleksikan ataupun disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan terjadi
pergeseran frekuensi dari yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal
tersebut dapat diukur sebagai kecepatan arus air
( Richards,P.R, 1998 ).
Keuntungan:
Baik
untuk bekerja dengan cepat dan akurat, dan rumus kalibrasi dengan mudah dapat
diubah dalam grafik kecepatan, yang membuat perluasan lebih mudah (Matorang,R,
2012).
Kerugian:
Tidak
dapat mengetahui arah arus, dan komponennya dapat menambah atau mengurangi
jumlah putaran baling-baling sehingga tidak dapat mengetahui kecepatannya
dengan benar (Matorang,R, 2012).
Gambar 6. Current Meter
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara
kerja:
1.
Menyiapkan peralatan yang akan digunakan
untuk pengukuran.
2.
Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi
persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melilit.
3.
Menentukan titik pengukuran dengan jarak
tertentu.
4.
Memberikan tanda pada masing-masing titik.
5.
Menulis semua informasi/keterangan yang ada
pada pengukuran.
6.
Mencatat jumlah putaran baling-baling selama
interval yang ditentukan (40-70 detik), apabila arus air lambat waktu yang
digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat yang digunakan
lebih pendek (misal 40 detik).
7.
Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran
yang didapat dengan menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu
yang digunakan (tongkat penduga dan berat bandul).
b.
ADCP
Acoustic Doppler Current Profiler
atau biasa disebut ADCP adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur
gelombang. Alat ini mengirimkan sinyal akustik frekuensi tinggi yang dapat
dipantulkan oleh plankton, sedimen tersuspensi, dan gelembung, semua yang
diasumsikan melakukan perjalanan dengan kecepatan rata-rata air. ADCP memperkirakan
kecepatan horisontal dan vertikal sebagai fungsi dari kedalaman dengan
menggunakan efek Doppler untuk mengukur kecepatan relatif radial antara
instrumen dan scatterers di laut (Anonim, 2011).
Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan
gelombang yaitu kecepatan orbit gelombang yang berada dibawah permukaan dapt
diukur dari keakuratan ADCP. ADCP
mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk
mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan,
terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung.
Untuk mendapatkan ketinggian diatas
permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh pergeseran permukaan
menggunakan kinematika linear gelombang (Anonim, 2011).
ADCP mempunyai
dasar yang menjulang, dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur pasang
surut dan rata-rata kedalaman laut. Time
series dari kecepatan, terakumulasi dandari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung.
Untuk mendapatkan ketinggiandiatas permukaan, kecepatan spektrum diterjemahkan
oleh Pergeseran permukaan menggunakan kinematika
linier gelombang. Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi (Pariwono,J.I,1987):
1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai
2. Perancangan pelabuhan dan operasional
3. Monitoring Lingkungan
4. Keamanan Perkapalan
Keuntungan (Matorang,R, 2012):
·
Di masa lalu, mengukur profil kedalaman saat ini
diperlukan penggunaan string panjang meter saat ini. Hal ini tidak lagi
diperlukan.
·
Tindakan arus skala kecil
·
Berbeda dengan teknologi sebelumnya, ADCPs mengukur
kecepatan mutlak air, tidak hanya seberapa cepat satu massa air bergerak dalam
hubungannya dengan yang lain.
·
Mengukur kolom air sampai dengan 1000 m lama.
Kekurangan (Matorang,R,
2012):
·
Ping frekuensi tinggi menghasilkan data yang lebih
tepat, tapi ping frekuensi rendah perjalanan jauh dalam air.Jadi para ilmuwan
harus membuat kompromi antara jarak yang profiler dapat mengukur dan ketepatan
pengukuran.
·
ADCPs diatur ke "ping" juga cepat kehabisan
baterai cepat.
·
Jika air sangat jelas, seperti di daerah tropis, ping
tidak mungkin
memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal.
memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal.
Gambar 7. ADCP
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara
kerja:
1. Menyiapkan
peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Membentangkan
kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah
arus dan tidak melilit.
3. Menentukan
titik pengukuran dengan jarak tertentu.
4. Memberikan
tanda pada masing-masing titik.
5. Menulis
semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran
6. Mencatat
jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan (40-79 detik), apabila
arus air laut lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik),apabila
arus air cepat yang digunakan lebih pendek misal (40 detik).
7. Menghitung
kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus
baling-baling tergantung dari alat bantu yang digunakan.
3.
Alat
Pengukur Gelombang Laut
Palem gelombang
Palem
gelombang merupakan papan kayu dengan panjang 4 meter,lebar 15 cm dan tebal 3
cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan
mengamati puncak dan lembah,perhitungan periode gelombang dilakukan dengan
menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas
puncak gelombang dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang diletakkan disekitar 30 m dari garis pantai untuk
kemudian dicatat perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama
menentukan titik tetap dari letak wave
pole dengan jarak 2 meter,3 meter,4 meter,dan 5 meter yang
berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan periode waktu gelombang.Periode
gelombang dihitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang
tersebut melewati batas titik tetap yang telah di tentukan (Wibisono, M.S, 2005).
Gambar 8. Palem
Gelombang
(Sumber :
Anonim, 2011)
Cara kerja:
Pengukuran
tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak gelombangdan batas
lembah gelombang yang melewati wave pole yang kami letakkan di sekitar 30 meter
dari garis pantai untuk kemudian dicatat. Perhitungan periode gelombang
dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan titik tetap dari letak wave pole
dengan jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, dan 5 meter yang berfungsi sebagai
acuan jarak untuk menentukan periode/waktu gelombang. Periode gelombang di
hitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut
melewati batas titik tetap yang tadi telah ditentukan (perhitungan periode
gelombang ini dilakukan sebanyak 5 kali ulangan).
4.
Alat
Pengukur Pasang Surut
a.
Palem
Pasut
Palem pasut merupakan alat pengukur pasut yang paling
sederhana, berupa papan dengan tebal 1-2 inci dan lebar 4-5 inci.Sedangkan panjangnya harus lebih dari tunggang
pasut. Dimana pemasangan palem pasut ini harus pada kondisi muka air terendah (lowest water) skala nolnya masih
terendam air, dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat
dari muka air tertinggi ( highest water
). Dengan demikianmaka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui. Dan
dari data yang dicatat dari skala tersebut,
kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu.Dalam
pemasangannya rambu tersebut diskrup atau ditempelkan secara vertikal pada tiang penyangga yang cocok (Hutabarat,1984).
Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak
bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak
pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut. Oleh karena itu
panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut
air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat terendam air, maka
air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya bentuk rambu pasut
hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling).Perbedaannya hanya dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah
rambu pasut harus dipasang terendam air laut, maka rambu dituntut
pula harus terbuat dari bahan yang
tahan air laut. Rambu pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan
laut. Akan tetapi dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama
dengan muka surutan setempat,sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut
terhadap muka surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan
pembacaan pada rambu (Pariwono, J.I. 1987).
Gambar 9. Palem
Pasut
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
Untuk mengamati pasut dilakukan dengan
palem atau rambu pengamat pasut.Tinggi muka air setiap jam diamati secara
manual oleh operator (pencatat) dan dicatat pada suatu fomulir pengamatan
pasut. Pada palem dilukis tanda skala bacaan dalam satuan desimeter . Pencatat
akan menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif terhadap palem pada
jam-jam tertentu sesuai dengan skala yang bacaan yang tertulis pada palem.Muka
air laut yang relatif tidak tenang
membatasi kemampuan pencatat dalam menaksir bacaan skala.Walaupun
demikian alat ini cukup efektif untuk memperoleh data pasut dengan ketelitian
sekitar 2,5 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter tunggang air pada
wilayah perairan yang diamati,yang biasanya 4 hingga 6 meter.
b.
Tide Gauge
Tide
gauge yaitu alat yang
digunakan untuk mengukur muka air laut secara otomatis. Perubahan muka laut
disebabkan oleh pasang naik dan surut muka laut harian (gaya tarik bulan dan
matahari), angin dan tsunami. Informasi yang diperlukankan untuk peringatan ini
adalah pasang surut seketika sebelum terjadinya tsunami untuk peringatan ini di
lokasi tersebut, kemudian pasang naik akibat tsunami adalah maklumat peringatan
dini untuk lokasi yang lebih jauh. Accelerograph
dan tide gauge dipasang pada tempat
yang sama dalam sebuah shelter di
pantai yang dilengkapi dengan sistem komunikasi dan sistem alarm. Peringatan
pertama untuk kewaspadaan datang dari accelerograph
apabila mencatat getaran kuat. Peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat
perubahan mendadak muka laut. Dua peringatan tersebut disampaikan kepada
(Hazis, 2011):
1.
Masyarakat
setempat berupa alarm.
2.
Aparat
setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi.
3.
BMG
pusat untuk sistem monitoring dan maklumat darurat agar disebarkan ke lokasi
lain.
Tide gauge
dibagi menjadi 3 yaitu floating tide
gauge ,pressure tide gauge dan tide staff.
a. Floating
tide gauge
Prinsip kerja alat pengukuran pasut ini
berdasarkan pada gerak naik turunnya permukaan laut yang dapat diketahui
melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang
tidak begitu besar dipengaruhi oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat
bergerak secara vertical dengan bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak
dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan rambu pasut (Pariwono, J.I.
1989).
Di pantai dimana terdapat ombak
pecah, atau dimanapun ada gangguan permukaan air yang minimal, kisaran pasang
surut dapat diukur dengan rangkaian papan yang sudah terbagi-bagi dalam
kelas-kelas tertentu. Air yang mengarah ke pantai akan terukur pada
interval-interval yang tertera pada papan. (Pariwono, J.I. 1989).
Papan yang paling dekat dengan
pantai harus mencapai atas air pada saat terjadi high water, dan yang jauh dari
pantai harus mencapai mean low water level agar pada saat surut terendah dapat
terbaca skalanya. Perlu berhati-hati dalam pembacaan pada papan yang sudah
lapuk. Papan pengukur pasang surut juga dapat dipasang pada bendungan-bendungan
dekat pantai, di penggalangan kapal dan struktur-struktur lain yang airnya
tenang (Pariwono,
J.I. 1989).
Jika menginginkan pengukuran yang
akurat maka pengukuran dilkukan di tempat yang pengaruh gelombangnya sedikit.
Dekat pantai di atas mean high water biasanya dibuat penampungan yang dasarnya
kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah dari level lowest low water (Pariwono, J.I. 1989).
Penampungan dihubungkan ke laut
dengan pipa yang sempit yang menurun sampai ke dasar. Ujung dari pipa dibuat
semacam alat penyiram air yang dimaksudkan untuk pengairan dan buoy akan
menahannya pada daar laut. Jika pengaruh gelombang tidak terasa pada kedalaman
ini maka level air pada penampungan hanya menggambarkan pergerakan pasang
surut. Pada saat lautan terlihat tenang di permukaan, maka pada penampungan air
alirannya lancar dan level air akan terukur oleh papan berskala (Pariwono, J.I. 1989).
Mengukur pasang surut akan sulit dan akan menghabiskan waktu, untuk mengatasi
masalah ini digunakanlah marigraph. Marigraph adalah alat pengukur pasang surut
otomatis yang akan mencatat sendiri kisaran pasang surut. Alat ini akan
memberikan catatan yang konstan dari level air (Pariwono, J.I. 1989).
Pelampung, yaitu F akan naik
turun dengan terisinya air di penampungan yaitu R. Kawat tembaga dihubungkan ke
pelampung yang melewati drum yaitu G, dikerenakan pada drum akan terjadi
perubahan level air. Pergerakan pada drum ditransmisikan ke stylus (pena jarum
untuk mencatat) yang akan mencatat perubahan yang terus-menerus pada scarik
kertas (Pariwono,
J.I. 1989).
b. Pressure
tide gauge
Prinsip kerjanya sama dengan floating
tide gauge, hanya saja gerak naik turunya permukaan air laut, dapat
diketahui dengan perubahan tekanan, yang terjadi di dasar laut. Alat ini
diletakkan di dasar laut dan dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit), yang kemudian data diolah dengan mengkonversikan tekanan yang tercatat
ke dalam nilai kedalaman, sehingga akan kita dapatkan model pasang surut pada
daerah tersebut. Alat ini dipasang sedemikian rupa,sehingga selalu berada di
bawah permukaan air laut tersurut (LLW). Namun demikian alat ini jarang sekali
digunakan untuk pengamatan pasut (Pariwono, J.I.
1989).
c.
Tide Staff
Merupakan alat pengukur pasut yang paling
sederhana, berupa papan
dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih
dari tunggang pasut. Dimana pemasangan tide gauge ini haruslah
pada kondisi muka air terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air,
dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air
tertinggi (highest water). Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka
air laut dapat kita ketahui. Dan dari data yang dicatat dari skala tide
gauge tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu
daerah pada waktu tertentu. Dalam pemasangannya rambu
tersebut disekrup atau ditempelkan pada posisi vertical pada tiang atau penyangga yang cocok. Lokasi rambu harus berada pada lokasi
yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat
gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling
surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung
sekali pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut
dapat terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada
prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran
sifat datar (leveling) (Pariwono, J.I.
1989).
Gambar 10. Tide Gauge
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang
dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Pengamatan pasut
dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan
cara rambu pasut. Papan yang paling dekat dengan pantai harus mencapai mean low
water level agar pada saat surut terendah dapat terbaca skalanya. jika
menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilakukan di tempat yang
pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai diatas mean high water biasanya
dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah dari level
lowest low water.
Penampungan dihubungkan ke laut denagn pipa yang sempit dan menurun ke
dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang dimasukan untuk
pengairan dan boy untuk menahannya pada dasar laut. Pelampung akan naik turun
dengan terisisnya air di penampungan, kawat tembaga yang dihubungkan dengan
dihubungkan dengan pelampung melewati drum, dikarenakan pada drum akan terjadi
perubahan level air. Pergerakan pada drum diteransmisikan ke stylus (pena jarum
untuk mencatat) yang akan mencatat perubahan secara terus menerus pada secarik
kertas yang terdapat pada alat tersebut.
5.
Alat
Sampling
a. Botol Nansen
Botol
nansen merupakan alat yang digunakan oleh survyor untuk mengambil sample air
laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol ini terbuat dari tabung
acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan lainnya yang tahan karat serta
memiliki sepasang steering fins yang berguna untuk menstabilkan botol ketika
digunakan pada arus deras memiliki kapasitas 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt
dilengkapi termometer tali dan massanger Merk GET buatan Indonesia. Harga botol
nansen ini adalah Rp 6.000.000,- (Andy, 2010).
Botol nansen dirancang pada tahun 1910 oleh
penjelajah awal abad ke-20 bernama Fridtjof Nansen ahli kelautan dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Shale Niskin. Botol Nansen telah diganti dengan
botol Niskin, yang terbuat dari plastik, dengan demikian tidak menimbulkan
korosi logam seperti botol nansen. botol niskin ini juga sering disebut sebagai
botol nansen karena desain dasarnya sama seperti botol Nansen (Andy, 2010).
Botol nansen adalah alat instrumen
oseanografi yang digunakan untuk mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di
berbagai kedalaman di laut. Botol ini merupakan sebuah sampel botol air laut
dengan katup pegas di kedua ujungnya yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan
perangkat massengger yang diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke
permukaan (Andy, 2010).
Jenis-jenis Botol Nansen:
1. Vertikal Point Water Sampler.
Fungsi :
·
Kegunaan umum water sampling.
- Fisik (Suhu).
- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).
- Biologis (Photozooplankton).
·
Freeflushing, pembatasan sampel non-logam.
·
Sederhana, sure-fire mekanisme penurunan vertical.
·
Beberapa sampel di kawat tunggal dapat
digunakan “inseries” mengambil sampel dari berbagai kedalaman.
2.
Horizontal Point Water Sampler.
Fungsi (Andy, 2010):
·
Lapisan tipis.
- Fisik (Suhu).
- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).
- Biologis (Phytobacteriaplankton).
·
Penahanan sampel non-logam.
·
Penurunan massenger memudahkan untuk mengisi.
Gambar 11.
Botol Nansen
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan bantuan tali yang
diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik, setelah itu diturunkan
pada kedalaman laut yang diinginkan, kemudian menggunakan bantuan massengger, nansen yang dipasang
terbalik tadi akan kembali menutup secara otomatis, setelah di dalamnya terisi
dengan air laut, setelah itu botol nansen tersebut siap diangkat dari laut ke
atas kapal.
Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik
diturunkan dengan menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai
kedalaman yang diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah mencapai
botol, botol tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya. Botol
dan sampel di ambil dan diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua dapat
diatur agar terlepas oleh mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah tali
sehingga sampai mencapai botol nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan
massengger pada interval sepanjang tali, serangkaian sampel pada setiap
tingkatan kedalaman dapat diambil.
Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan
menggunakan termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah
termometer air raksa dengan penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika
termometer tersebut terbalik, menyebabkan tali berhenti dan termometer akan
membaca suhu. Karena tekanan air pada kedalaman akan memampatkan dan
mempengaruhi dinding termometer untuk menunjukkan suhu, maka termometer
dilindungi oleh lapisan dinding yang tebal. termometer yang tidak dilindungi
terlebih dahulu akan dipasangkan dengan pelindung, biasanya termometer ini
digunakan untuk pembacaan suhu titik sampling pada tekanan yang memungkinkan.
b. Sediment grab
Sediment grab adalah alat yang sering digunakan dalam
pengangkatan sedimen permukaan dari dasar laut .Pengambilan dengan grab ini
biasanya ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa
organisme bentos, dan analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari
sedimen sampai beberapa cm kedalaman (Angga, 2013).
Sediment grab ada yang terbuat dari besi, secara
pengalaman saya dalam penggunaan sediment
grab cukup mudah, untuk pengambilan sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang
untuk melakukannya, pertama buka bagian grab
dengan penarikan pada tali,setelah grab terbuka lalu turan kan ke permukaan
dasar laut secara perlahan, saat grab sedimen sampai didasar permukaan akan
terasa dengan kendornya tali, maka kita dapat mengankat grab,setelah
pengankatan kita dapat melakukan pengecekan apakah sudah terdapat sedimen yang
cukup untuk kita pakai, setelah terasa cukup didapatlah sedimen yang
terperangkap pada alat, maka sedimen dapat disimpan diplastik untuk selanjutnya
di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut (Angga, 2013).
Adapun kelebihan dan kekurangan alat ini adalah bahwa alat ini cukup familiar secara mekanik. Dalam sediment grab yang sederhana dibutuhkan
beberapa orang untuk menarik, Mudah dalam penggunaan. Dengan grab sedimen yang
sederhana dimungkinkan tidak mendapat kan sampel karena menutup sebelum
mendapatkan sampel. Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk pengambilan sempel
sedimen, Hanya bisa mengambil sampel di permukaan sedimen. Lokasi sampel dapat
ditentukan dengan pasti kapal harus
berhenti sewaktu alat dioperasikan, prakiraan kedalam perairan dapat diketahui sampel
teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang halus mungkin hilang. Bisa mengambil
daerah sampel sedimen dipermukaan, Tidak bisa untuk mendapatkan data dari
beberapa lapisan yang lebih dalam (Angga, 2013).
Gambar 12.
Sediment Grab
(Sumber :
Anonim, 2013)
Cara kerja:
Cara penggunaan alat sediment grab cukup
mudah, untuk pengambilan sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk
melakukan nya, pertama buka bagian grab dengan penarikan pada tali, setelah
grab terbuka lalu turan kan ke permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab
sedimen sampai didasar permukaan akan terasa dengan kendornya tali, maka kita
dapat mengangkat grab,setelah pengangkatan kita dapat melakukan pengecekan
apakah sudah terdapat sedimen yang cukup untuk kita pakai, setelah terasa cukup
didapatlah sedimen yang terperangkap pada alat, maka sedimen dapat disimpan
diplastik untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.
Cara penggunaan sediment
grab (grab sampler):
1. Grab sampler diikatkan pada tambang
2. Grab sampler diturunkun ke perairan atau di tempat sample sedimen yang diinginkan dalam
posisi rahang terbuka
3. Ketika telah mendapatkan sampel, grab
sampler diangkat dengan tenaga manusia atau secara manual,ketika grab sampler ditarik keatas,rahang grab sampler akan menutup dengan
sendirinya agar sampler tidak berjatuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andy, 2010. Botol Nansen. www.andycuklek.wordpress.com/. (Diakses pada 24 Oktober 2013,pukul 18.13
WIB).
Angga, 2013. Penjelasan Grab sedimen Core Sampler. www.anggacows3.blogspot.com/ . (Diakses pada 24 Oktober 2013,pukul 19.15
WIB).
Anonim .2011.Palem Gelombang.http://informasipelaut.blogspot.com/2011/03/info-dan-alat-navigasi.html.
(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.35 WIB).
Anonim.2011. Laporan
Instrumentasi Kelautan Kampus Semarang. www.adios19.files.wordpress.com/. (Diakses pada 26 Oktober
2013,pukul 19.40 WIB).
Anonim.2013.ADCP.http://ilikai.soest.hawaii.edu/sadcp/whatadcp.htm.(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.41 WIB).
Anonim.2013.Botol Nansen. http://fedito.indonetwork.co.id/2745005.
(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.47 WIB).
Anonim.2013.Current Meter. http://www.hydrobios.de/en/products/flow-and-current-meters/rod-held-current-meter-rhcm/.
(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.49 WIB).
Anonim.2013.Horiba. https://onlinesafetysource.com/rentals_Detail.php?ProductID=277.
(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.50 WIB).
Anonim.2013.Palem Gelombang. http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/07/fisika-kelautan-oseanografi-fisik.html. (Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.55 WIB).
Anonim.2013.Palem pasut.
http://t-files-itb.tripod.com/survey_arus_laut_di_pulau_jukung_kepulauan_seribu/index.album/tide-gauge?i=3&s. (Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 19.57 WIB).
Anonim.2013.Salinometer.http://store.shopping.yahoo.co.jp/hakaronet/salinometer010.html.
(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 20.00 WIB).
Anonim.2013.Secchi Disk. http://www.geoscientific.com/sampling/.(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 20.03 WIB).
Anonim.2013.Sediment Grab. http://www.rickly.com/as/bottomgrab.htm.(Diakses
pada 26 Oktober 2013,pukul 20.05 WIB).
Anonim.2013.Tide Gauge. http://web.vims.edu/physical/research/
TCTutorial/tidemeasure.htm. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 20.13
WIB).
Hazis. 2011. Jenis-jenis Peralatan Ukur. www.hazis.wordpress.com/. (Diakses pada 26 Oktober
2013,pukul 21.48 WIB).
Hutabarat,S dan S.M Evans. 1984.Pengantar
Oseanografi, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Ihsan,
Fahrul dan Anang Wahyudi. 2010. Teknik
Analisis Kadar Sukrosa Pada Buah Pepaya. Buletin Teknik Pertanian, 15(1):
10-12.
Irwansyah. 2012. CTD.
http://onesiklopedia.blogspot.com/2013/05/instrumen-ctd-conductivity-temperature.html.
(Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.15 WIB).
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS
Lewis, E.L. 1980. The
Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents. IEEE
J. Ocean. Eng., OE-5(1): 3-8.
Matorang,R.
2012. Secchi Disk. http://osfeanografifisika.blogspot.com/2012/12/pramodul.html. (Diakses
pada 24 Oktober 2013,pukul 01.30 WIB).
Nugroho,E. 2012. CTD.
http://ekaymarinesenior.blogspot.com/2012/11/alat-alat-aplikasi-akustik-kelautan-1.html.
(Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.30 WIB).
Pariwono, J.I. 1987. Kondisi Pasang Surut di Indonesia. Kursus Pasang Surut, Jakarta:
P3O – LIPI.
Putry. 2012. Salinometer. http://rahayu-putrysantoso.blogspot.com/2012/03/alat-pengukur-salinitas-tekanandan-suhu.html.
(Diakses
pada 23 Oktober 2013,pukul 22.30 WIB).
Richards. P.R. 1998 Manual of Standard Operating Procedures for
Hydrometric Surveys in British Columbia Resources Inventory Committee.
Canada: BC
Supangat,
Agus. 2000. Pengantar Oseanografi.
Bandung: ITB.
Thorpe, S. A. 2009. Encyclopedia of Ocean Science. 2nd Edition. Elsevier
Ltd. Italy.
Wibisono, M.S. .2005. Pengantar
Ilmu Kelautan. Jakarta : Grasindo
Zemansky, S. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika.
Jakarta: Bina Cipta.
Komentar
Posting Komentar